Translate

Wednesday, April 16, 2014

susah itu untuk bersabar

Menjadi Guru itu tidak mudah, bahkan menurut saya sangat sangat tidak mudah. Bukan masalah bagaimana cara mengajar, tetapi bagaiman menjaga diri. Guru itu sekalipun wujudnya sama seperti manusia pada umumnya, tetapi dia selalu dianggap manusia yang harus selalu menjadi teladan bagi siswa-siswanya. Kerena mesti menjadi teladan inilah yang menurut saya merupakan hal terberat dari pekerjaan seorang guru. Kalau soal teknik mengajar, kalau soal urusan administrasi mengajar, itu urusan mudah. Tinggal banyak banyak baca buku, panduan, tutorial, workshop atau pelatihan dengan sendirinya kita bisa mengikuti Guru-guru yang dianggap profesional dalam mengajar dan pembuatan administrasi mengajar. Tapi soal keteladanan, ini yang susah mencari panduannya.

Begitulah kira-kira apa yang terjadi dengan saya, yang terjadi pula dengan orang-orang disekeliling saya yang sama-sama memiliki sebutan guru. Sulit, bisa menjadi teladan bagi siswa-siswa saya dalam rentang waktu lama. Rentang waktu lama maksudnya bisa bertahan dalam sosok yang pantas diteladani berhari-hari, berminggu-minggu, berbulan-bulan.
Sebab, kadang hari ini saya berprilaku ideal. Ideal untuk ukuran saya adalah tidak marah-marah ke siswa, tidak cepat emosi kepada siswa atau rekan guru lainnya, bisa solat berjamaah tepat waktu di masjid, membimbing siswa berjamaan di masjid, bisa beramah tamah dengan orang tua siswa yang “jutek” sekalipun, pun bisa “tidak gedek” dengan Kepala Sekolah. Atau saya sederhanakan, dimana saya bisa sedikit bersabar, maka itulah prilaku saya yang lebih baik. Sebab saya belakangan sangat mudah emosian, dan tidak mudah untuk bersabar.
Entahlah, waktu masih lajang, sepertinya saya dikenal dengan anak penyabar. Tapi setelah berkeluarga saya mulai cepat emosi dan kurang sabar. Mungkin lantaran tuntutan ekonomi yang menuntut saya harus bisa mencukupinya, sementara penghasilan minim, memaksa saya untuk memutar otak untuk bisa mendapatkan penghasilan tambahan, jadinya begini. Ah, itu hanya alibi manusia yang dhaif saja yang selalu mencari alasan untuk mencari pembenaran.
Seperti halnya saat ini, saya kurang sabar dengan kebijakan kepala sekolah saya. Soal pengajuan tunjangan. Sebenarnya saya tidak terlalu peduli dengan yang namanya tunjangan dari pemerintah itu, tapi kebutuhan keluarga, belum lagi istri yang kerap menanyakannya membuat saya jadi tidak sabar melihat sesuatu yang sepertinya tidak adil buat saya.
Saya memang bukan sarjana pendidikan, al mamater saya manajemen informatika dengan kompetensi keahlian saya dibidang sistem informasi. Dengan label pendidikan seperti itu secara prosedural memang sulit untuk diajukan untuk berbagai tunjangan, walaupun ini urusan teknis semata. Sebab ada banyak teman saya yang satu al mamater juga bisa mendapatkan hak nya mendapatkan tunjangan. Itu satu. Yang kedua, saya sangat tidak nyaman dengan cara kepala sekolah menyikapi keadaan saya, dalam sebuah rapat pun malah memvonis bahwa saua tidak bisa mendapatkan tunjangan tersebut.
Padahal kalau lebih bijak saja, dengan mengatakan akan diusahakan, atau bersabar dulu sedang diusahakan, dan bahasa-bahasa lainnya yang lebih menunjukan bahasa seorang pimpinan yang melindungi hak semua bawahannya, pasti saya akan lebih nyaman.
Tapi sudahlah, namanya juga manusia. Kadang adil untuk yang satu, tapi bisa tidak adil untuk yang lainnya, selalu ada kepentingan dalam setiap kebijakan. Cuma kadang terlihat sangat tidak adil, ketika seperti ada penganak emasan untuk seorang guru dengan dimudahkan segala fasilitas dan urusan administrasi lainnya.
Begitulah, sabar itu tidak mudah. Dan mengutup ucapan kepala sekolah saya, bahwa kita harus mengerjakan sesuatu dengan iklas. Mungkin, termasuk iklas ketika hak-hak saya tidak bisa seperti yang lainnya. Ikals kadang menjadi senjata ampuh untuk membelenggu “treakan” Guru dalam menyuarakan aspirasinya.
Lag-lagi saya tidak bisa bersabar untuk tidak mengkritik kebijakan pimpinan. Walau cuma dalam tulisan di blog ini. Dan saya anggap ini jalan lain untuk bersabar buat saya, dengan menulis. Memang…….yang susah itu untuk bersabar….

No comments:

Post a Comment